Waspadai Dosa Zina Akan Dibayar oleh Keturunan Kita

Sobat Nida, jangan pernah meremehkan dosa zina, sesungguhnya sangat mungkin anak keturunan kita membayar dosa zina yang kita lakukan.

Ada sebuah kisah nyata menceritakan seorang pemuda yang doyan berzina, suatu ketika ia bertaubat pada Allah dari dosa-dosanya, kemudian ia menikahi seorang istri shalihah. Alhamdulillah istrinya pun hamil.

Akan tetapi, rupanya taubat saja belum cukup untuk membayar dosa perzinaan. Pria itu baru mengetahui dirinya mengidap HIV, dan ternyata ia pun menularkan istrinya yang shalihah itu, demikian pula anaknya yang tak berdosa. Pria itu meninggal dunia alhamdulillah dalam keadaan sudah bertaubat, semoga taubatnya diterima oleh Allah. Akan tetapi sangat memilukan karena dosa zinanya tidak berhenti dengan taubat tersebut, dosa zinanya bahkan harus dibayar oleh anak keturunannya. Na'udzubillah min dzalik.

Kisah nyata lainnya didapatkan dari tanah Arab. Di mana ada seorang pemuda yang menggagahi pacarnya hingga hamil, saat perempuan tersebut meminta pertanggungjawaban, pemuda itu menyangkal bahwa anak dalam kandungannya adalah anaknya, "Kamu bisa melakukan zina denganku, berarti kamu juga bisa melakukan dengan pria lain, anak itu bisa jadi anak orang lain."

Abang dari perempuan itu meninju sang pemuda, tapi pemuda itu tetap pada pendiriannya bahwa ia tidak akan bertanggungjawab atas perbuatannya menzinahi perempuan tersebut.

Suatu ketika, bertahun setelah peristiwa itu, pemuda tersebut mendapati ibunya pingsan di rumah, ia kaget ketika ibunya mengatakan bahwa adik perempuannya dihamili oleh seorang pria. Ia pun datang menghampiri pria tersebut meminta pertanggungjawaban, tapi betapa kagetnya saat ia mendengar apa yang dikatakan pria itu persis seperti apa yang dulu ia katakan pada abang perempuan yang dihamilinya, ia pun meninju pria yang telah menzinahi adik perempuannya itu.

Singkat cerita, pemuda itu bertaubat dari dosa zinanya. Namun bertahun setelah itu, ketika sang pemuda menikah, hatinya kembali hancur saat di malam pertama istrinya jujur mengaku bahwa ia pernah berzina dengan pria lain.

Tidak hanya itu, bertahun-tahun kemudian saat ia memiliki anak, ia pun terkejut ketika mengetahui anaknya diperkosa oleh sopir pribadinya. Na'udzubillah min dzalik.

Seketika itu pula ia menyadari dosa zinanya di masa lampau, ketika ia berzina dengan seorang perempuan, sesungguhnya ia sedang menodai adik perempuan orang lain, calon istri orang lain, dan juga anak perempuan dari seorang ayah. Ia harus membayar utang Zina tersebut dengan mendapati adik perempuannya dizinahi, istrinya dizinahi, dan anaknya demikian pula keadaannya. Astaghfirullahal'adzim.

Sobat Nida, jauhilah zina.... dosa yang terasa nikmat namun membawa sengsara berkepanjangan.

Dalam suatu kisah, seseorang datang dan bertanya kepada Imam Syafi’i, “Mengapa hukuman bagi para pezina sedemikian beratnya?”

Maka wajah Imam Syafi’i pun memerah, pipinya merona delima. Lalu beliau berkata, “Karena zina adalah dosa yang bala’ (besar resikonya). Akibatnya akan mengenai keluarganya, tetangganya, keturunannya hingga tikus dirumahnya dan semut di liang sekitar rumahnya.”

Orang itu kembali bertanya, “Mengapa pelaksanaan hukumannya dengan itu? Sebagaimana Allah berfirman, ” Dan janganlah rasa ibamu pada mereka menghalangimu untuk menegakkan agama.”

Maka Imam Syafi’i pun terdiam, ia menunduk lalu menangis. Setelah tangisnya berhenti, beliau berkata, “Sebab zina seringkali datang dari cinta dan cinta selalu membuat seseorang menjadi iba. Kemudian setan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintai-Nya.”

Lalu orang itu bertanya kembali, ” Dan mengapa Allah berfirman, “Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka (pezina) disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman? Bukankah hukuman bagi pembunuh, orang murtad dan pencuri, Allah tidak mensyaratkan menjadikannya tontonan?”

Seketika janggut imam Syafi’i basah, ia terguncang. Lalu beliau berkata, “Agar menjadi pelajaran.” Ucapnya sambil terisak.

“Agar menjadi pelajaran,” Beliau tersedu.

“Agar menjadi pelajaran,” Beliau kembali terisak.

Kemudian ia bangkit dari duduknya dan matanya kembali menyala, ia kembali bersemangat dan berkata, “Sebab ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya zina adalah utang. Dan sungguh utang tetaplah utang. Salah seorang dalam nasab/keturunan pelakunya pasti harus membayarnya.”

Bagaimana Sob, masih berani berzina? Semoga Allah membuat takut diri kita dari mendekati zina, apalagi melakukannya. Karena dosa zina sangat mungkin dibayar oleh anak keturunan kita.
Load disqus comments

0 comments